Total Tayangan Halaman

Kamis, 05 Oktober 2017

Tugas 1 Softskill : Manajemen Proyek dan Resiko

Manajement Resiko
(Kasus IFRS RSUD dr. Adjidarmo)

            Kasus yang pernah terjadi di IFRS RSUD dr. Adjidarmo adalah terjadinya
kesalahan pemberian obat di depo rawat jalan pada pasien dengan nama yang sama
dan berasal dari poliklinik yang sama. Pasien berasal dari poliklinik spesialis
jantung. Pasien memiliki dua nama yang sama secara lafal (pengucapan), tetapi
berbeda secara penulisan. Pasien pertama bernama Sunarya, dan pasien kedua
bernama Sunariah.
            Kesalahan terjadi ketika petugas farmasi memanggil pasien untuk
penyerahan obat dan akan diberikan informasi obat. Ketika diberikan pertanyaan
oleh petugas farmasi mengenai data-data pasien untuk memastikan kembali obat
yang akan diberikan, orang yang mengambil obat tersebut hanya mengangguk
(sepertinya bukan pasien/keluarga pasien ybs atau suruhan pasien).
Petugas farmasi baru menyadari kalau obat yang diberikan keliru ketika
pasien atas nama Sunariah menanyakan obatnya (karena ybs ada keperluan lain,
jadi resep ditinggal di apotek tetapi obat belum diambil). Sementara obat atas nama
pasien Sunariah sudah tidak ada di apotek. Obat yang ada di apotek hanya ada atas
nama Sunarya.
            Setelah ditelusuri ternyata kesalahan bukan hanya terjadi di Instalasi
Farmasi saja, melainkan juga terjadi di poliklinik jantung. Perawat di poliklinik
salah menulis nama di resep (tidak sesuai dengan SEP/jaminan yang ada pada
lembar kedua).
            Segera setelah petugas farmasi menyadari terjadi kesalahan pemberian obat
pada pasien tersebut, petugas farmasi segera mencari kembali resep atas nama
Sunariah dan menyiapkan kembali obatnya. Sementara pasien atas nama Sunarya
ditelusuri alamat rumah dan nomer telepon yang bisa dihubungi. Tetapi dari data yang ada di sistem pendaftaran tidak mencantumkan dengan lengkap no telepon.
Sehingga mau tidak mau petugas farmasi mencari alamat pasien tersebut, dan
mendatangi rumahnya, untuk menukar obat yang salah. Beruntungnya pasien tersebut
belum meminum obat satupun, sehingga resiko lebih besar dari kesalahan
penggunaan obat tidak terjadi dan dengan segera tertanggulangi.


Proses Manajemen Resiko Pada Kasus


a.       A. Mengidentifikasi resiko
       Resiko merupakan peristiwa yang menghambat pencapaian tujuan perusahaan. Seluruh resiko yang mungkin terjadi dan berdampak negatif bagi perusahaan secara signifikan harus terlebih dahulu diidentifikasi. Hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya resiko di Instalasi Farmasi diantaranya adalah sebagai berikut :
·         Pada proses perencanaan untuk pembelian, data yang digunakan berdasarkan pada pola konsumsi, bukan pada pola penyakit, sehingga menyebabkan perencanaan tidak sesuai dengan kebutuhan yang ada, sehingga perlu ada perencanaan susulan, sehingga bisa jadi terjadi stock out, menjadikan pasien tidak mendapat obat sesuai permintaan dokter.
·         Pada proses pengadaan, dapat terjadi barang kosong di pihak distributor, padahal barang tersebut sangat diperlukan oleh pasien, sehingga diperlukan usaha tambahan untuk mencari barang yang sama di distributor lain. Resiko lain adalah pihak rumah sakit belum menyelesaikan pembayaran (kesalahan dari pihak distributor tidak melakukan penagihan, ataupun pihak rumah sakit karena panjangnya prosedur yang harus ditempuh), sehingga instalasi farmasi tidak mendapatkan obat sesuai dengan kebutuhan.
·         Pada proses penerimaan barang dari pihak distributor, terjadi resiko barang tidak diperiksa betul masa kadaluarsanya, sehingga bisa jadi diberikan barang yang dekat masa kadaluarsanya. Dekat masa kadaluarsa berakibat terjadinya barang kadaluarsa, sehingga merugikan pihak rumah sakit bila barang tersebut ternyata perputarannya tidak baik (mengendap).
·         Pada proses penyimpanan, terjadi resiko barang tidak disimpan pada suhu ataupun kelembaban yang memenuhi persyaratan, sehingga dapat mengurangi kualitas dari barang tersebut, menjadikan obat tidak efektif diberikan pada pasien. Pada penyimpanan yang memerlukan perlakuan khusus, seperti narkotika dan psikotropika yang harus disimpan pada lemari dua pintu dua kunci, dipegang oleh dua orang yang berbeda, mempunyai resiko tidak ditaati oleh petugas karena dirasakan tidak efektif dalam bekerja, mengakibatkan dapat terjadi penyalahgunaan. Pada proses distribusi ke unit, dapat terjadi resiko barang yang didistribusikan tidak sesuai baik jumlah maupun item, sehingga unit terkait tidak mendapatkan obat yang diperlukan dalam pelayanan. Untuk tempat yang agak jauh, resiko yang terjadi adalah barang dalam kemasan kaca, dapat pecah dalam proses distribusi, sehingga merugikan pihak rumah sakit.

Pada proses distribusi ke pasien, resiko yang mungkin terjadi diantaranya :
®    Salah membaca tulisan dokter, sehingga pasien tidak mendapat obat sesuai penyakitnya, dapat berakibat fatal bila obat yang diberikan ternyata memberikan dampak yang berbahaya bagi pasien.
®    Salah mengambil obat karena mirip nama atau kemasan (LASA, look alike sound alike), karena tidak dipisahkan dalam penyimpanannya, ataupun kesalahan karena ketidaktelitian pengambilan.
®    Salah memberikan etiket (tertukar dengan etiket obat lain), sehingga dalam aturan pakainya dapat terjadi kesalahan.
®    Tidak mengkaji resep ada tidaknya interaksi antar obat, sehingga bila ada interaksi yang menurunkan potensinya, tujuan pengobatan tidak berjalan maksimal.
®    Salah memberikan obat kepada pasien yang bukan seharusnya (tertukar karena nama sama misalnya), sehingga dapat menyebabkan efek yang dapat berbahaya bagi pasien (seperti kasus yang akan dibahas).
®    Salah memberikan informasi kepada pasien (misalnya penggunaan obat off label, tapi pasien tidak ditanya terlebih dahulu, sehingga terjadi kesalahan informasi).



b.      B. Menganalisis Resiko

Setelah seluruh resiko diidentifikasi, maka dilakukan pengukuran tingkat kemungkinan dan dampak resiko. Pengukuran resiko dilakukan setelah mempertimbangkan pengendalian resiko yang ada. Pengukuran resiko dilakukan menggunakan criteria pengukuran resiko secara kualitatif, semi kualitatif, atau kuantitatif tergantung pada ketersediaan data tingkat kejadian peristiwa dan dampak kerugian yang ditimbulkannya. Pada kasus salah memberikan obat pada pasien, maka pengukuran kualitatif frekuensi/kemungkinan (likehood) adalah sebagai berikut :

Kemungkinan
Deskripsi
Nilai
Jarang
Terjadi pada keadaan khusus
1
Kadang-kadang
Dapat terjadi sewaktu-waktu
2
Mungkin
Mungkin terjadi sewaktu-waktu
3
Mungkin Sekali
Mungkin terjadi pada banyak keadaan tapi tidak menetap
4
Hampir Pasti
Dapat terjadi pada tiap keadaan dan menetap
5


            Termasuk “kadang-kadang” (bobot nilai 2), dengan sebab diantaranya :
·         Perawat poliklinik dan petugas farmasi dalam kondisi lelah karena banyaknya jumlah pasien yang dilayani/hari.
·         Tidak ada cross cek.

Pengukuran kualitatif konsekuensi / dampak

Tingkat
Deskriptor
Contoh Deskripsi
1
Tidak bermakna
Tidak ada cedera, kerugian keuangan kecil
2
Rendah
Pertolongan pertama dapat diatasi, kerugian
keuangan sedang
3
Menengah
Memerlukan  pengobatan  medis,  kerugian
keuaangan besar
4
Berat
Cedera  luas,  kehilangan  kemampuan
produksi, kerugian keuangan besar
5
Katastropik
Kematian, kerugian keuangan sangat besar

c.       C. Mengevaluasi Resiko

Setelah resiko diukur tingkat kemungkinan dan dampaknya, maka disusunlah urutan prioritas resiko. Mulai dari resiko dengan tingkat resiko tertinggi, sampai dengan resiko terendah. Resiko yang tidak termasuk dalam resiko yang dapat diterima/ditoleransi merupakan resiko yang menjadi prioritas untuk segera ditangani. Setelah diketahui besarnya tingkat resiko dan prioritas resiko, maka perlu disusun peta resiko. Dari kasus salah memberikan obat pada pasien, peta resiko yang dapat dibuat berdasarkan prioritas resiko adalah sebagai berikut :
®    Penerimaan resep (identitas pasien, umur, berat badan untuk pasien anak)
®    Pembacaan resep (pengkajian)
®    Pengentrian ke komputer untuk pengklaiman keuangan
®    Pembuatan etiket
®    Penyiapan obat (dispensing)
®    Penggabungan antara etiket dan obat yang telah disiapkan
®    Pemberian informasi kepada pasien ketika menyerahkan obat
Menjadi prioritas utama dalam penerimaan resep, terutama saat pembacaan resep (bila salah membaca resep, salah pula obat yang diberikan). Diperlukan juga ketelitian dalam kesesuaian antara lembar resep dengan lembar SEP/jaminan pasien. Ini adalah langkah yang menempati urutan prioritas resiko untuk kasus ini.

d.      D. Menangani Resiko (Solusi)
            Resiko yang tidak dapat diterima/ditoleransi segera dibuatkan rencana tindakan untuk meminimalisir kemungkinan dampak terjadinya resiko dan personel yang bertanggung jawab untuk melaksanakan rencana tindakan. Cara menangani resiko untuk kasus ini adalah, mengurangi tingkat kemungkinan terjadinya resiko dengan cara menambah/meningkatkan kecukupan pengendalian internal yang ada pada proses pelayanan kefarmasian, dan mengeksploitasi resiko bila tingkat resiko dinilai lebih rendah dibandingkan dengan peluang terjadinya peristiwa yang akan terjadi. Pemilihan cara menangani resiko dilakukan dengan mempertimbangkan biaya dan manfaat, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan rencana tindakan lebih rendah daripada manfaat yang diperoleh dari pengurangan dampak kerugian resiko. Seluruh resiko yang diidentifikasi, dianalisis, dievaluasi, dan ditangani dimasukkan ke dalam register resiko yang memuat informasi mengenai nama resiko, uraian mengenai indikator resiko, faktor pencetus terjadinya peristiwa yang merugikan, dampak kerugian bila resiko terjadi, pengendalian resiko yang ada, ukuran tingkat kemungkinan/dampak terjadinya resiko setelah mempertimbangkan pengendalian yang ada, dan rencana tindakan untuk meminimalisir tingkat kemungkinan/dampak terjadinya resiko, serta personil yang bertanggung jawab melakukannya.
            Untuk kasus ini, cara menangani resiko tersebut adalah dengan segera membuat perbaikan agar masalah pasien terantisipasi. Kendali intern, dengan memanggil petugas terkait (baik dari petugas farmasi maupun perawat di poliklinik), agar kasus tersebut diharapkan tidak terjadi lagi di masa yang akan datang. Analisis beban kerja ditinjau ulang, dengan menghitung pelayanan yang diberikan kepada pasien.

Pembahasan
Error secara garis besar terbagi dua, yaitu: human error dan organizational error. Human error sendiri dapat berasal dari faktor pasien dan faktor tenaga kesehatan. Organizational error sendiri seringkali diistilahkan sebagai system error, atau dalam konteks pelayanan kesehatan di rumah sakit diistilahkan sebagai hospital error.

Sumber:
QORIAWATY, FITRI.2016.https://www.researchgate.net/publication/298439495.diakses pada 05 oktober 2017.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Peran IT Dalam Dunia FinTech (Financial Technology)

Peran IT Dalam Dunia FinTech (Financial Technology) Pengertian Financial Technology              Pengertian finansial  da...